E.O.N : After.... (Prologue)
"Dokter...."
"Dokter...."
"Dokter, kau baik-baik saja ?...."
Hanya kata-kata itu saja yang aku dengar setelah aku pingsan dan kemudian koma selama beberapa hari. Kejadian itu begitu cepat terjadi dan aku seperti tidak bisa berpikir apakah kejadian itu benar-benar nyata atau hanya sebuah khayalan ku semata. Tapi tidak, karena aku terbaring di sini, di rumah sakit. Saat dalam keadaan pingsan aku seperti merasa diangkat oleh angin dan terbang dalam keadaan terbaring dan melayang di atas awan yang berwarna putih bersih yang berbentuk seperti wol. Kemudian aku seperti merasa mulai merasakan dunia nyata lagi dan mulai membuka mata, meskipun itu hanya sedikit sekali. Aku melihat para dokter lengkap dengan pakian dokter saat ingin melakukan operasi, bunyi alat-alat dokter juga terdengar terutama alat pengukur detak jantung yang bernama ECG (Electrocardiograph) yang terus berbunyi yang sepertinya menunjukan detak jantung ku, dan suara para dokter yang sepertinya ingin melakukan operasi besar. Kemudian salah seorang dokter melihat ke arah ku dan memperhatikan mata ku yang sedikit terbuka. Kemudian dia menyuntikan obat bius lagi agar aku tertidur kembali dan itu berhasil.
Aku kemudian melakukan hal yang sama. Yaitu hanya bisa membuka mata ku sedikit saja dan mencoba untuk melakukan hal yang lain. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Mungkin bisa melakukan hal yang lain yaitu bernafas dan mendengar. Aku sepertinya terbangun beberapa hari setelah aku melihat dokter menyuntikan bius terakhir. Yang aku lihat pertama kali adalah aku berada diruangan yang berbeda sekarang. Dan kemudian aku melihat dua orang sedang berbicara di depan ku. Aku memang belum bisa untuk memutar atau menggerakan kepala seperti manusia normal pada umumnya. Tapi bola mata ku sudah bisa berputar kesegala arah, meskipun mata ku belum bisa membuka selebar biasanya. Orang yang pertama dia memakai pakaian dokter dengan jas berwarna putih, celana bahan berwarna hitam, pakaian kemeja berwarna putih yang sepintas seperti menyatu dengan jasnya, memakai kaca mata, rambut klimis, berkulit putih kecokelatan, dan memiliki paras wajah yang tampan. Dia sepertinya dokter yang menyuntikan bius saat itu, aku mengenalnya dari matanya, meskipun dia memakai masker. Dan yang satu lagi dia lebih tua dari dokter itu, memakai pakaian serba hijau tua dengan lencana dan lambang pangkat di bajunya, serta topi yang dia tenteng. Dia adalah ayahku. Benar, ayahku adalah seorang jenderal angkatan darat. Dia sedang menunjukan wajah khawatirnya meskipun setiap aku bertemu dengannya dia selalu menunjukan wajah yang tegas dan seperti ingin marah. Tapi dia orang yang ramah dan humoris. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan, pendengaran ku belum benar-benar bisa mendengar dengan baik. Aku hanya bisa menangkap beberapa kata dan itupun tidak begitu jelas. Ayah ku kemudian melihat ke arah ku dan menunjukan senyumnya setelah selesai berbicara dengan dokter. Setelah itu aku tertidur kembali dan entah mengapa padahal aku masih ingin melihatnya tapi mataku terasa berat dan kemudian terpejam.
Kemudian aku terbangun kembali dan lagi-lagi sepertinya beberapa hari setelah aku melihat ayahu dan dokter berbicara. Tapi ada kemajuan yang aku rasakan. Aku sudah bisa menggerakan jari ku dan merasakannya. Mata dan telinga sudah mulai kembali normal, kepala ku sudah bisa aku putar ke samping meskipun meski harus berusaha sedikit lebih keras. Dan saat aku memutarkan kepala ke arah kanan, aku melihat wanita yang sepertinya dokter juga yang sedang memegang tangan ku. Dia memakai kemeja berwarna merah muda dan jas dokter. Rambut hitam panjang terurai, paras cantiknya juga tidak bisa di tutupi. Berkulit putih, bermata sedikit kecil, dan dia tersenyum kepadaku dengan bibir tipisnya. Dia duduk di sampingku dan di belakangya ada ayahku.
"Tidak usah dipaksakan. Istirahatlah" kata wanita itu saat melihat aku berusaha memutar kepala ku
Entah mengapa aku menurut begitu saja dan kemudian kembali tertidur. Dalam waktu beberapa hari setelahnya kondisi ku sudah mulai membaik. Sudah mulai berbicara meskipun hanya sedikit, penglihatan dan pendengaran sudah kembali normal, tangan dan kaki sudah mulai terasa dan bisa digerakan. Dan semua anggota tubuhku sudah kembali normal seperti sedia kala meskipun kata dokter belum 100/% dan harus melakukan pembiasaan karena aku sudah mengalami antara sadar dan tidak selama empat bulan penuh. Suatu siang hari, aku duduk di tempat tidur ku dalam salah satu ruangan di rumah sakit yang sudah selama empat bulan menjadi seperti kamar tidur pribadiku sendiri. Dan di samping kanan ku ada ayahku yang sedari tadi duduk dan memandangiku dengan wajahnya yang seperti biasanya dan pakaian jendralnya. Dia berusaha mengajaku berbicara.
"Khalil....Khalil..."katanya saat melihatku menunjukan wajah kebingungan dalam lamunan
"Khalil, ayah di sini"
"Maaf, ayah. Aku masih ingin mencerna keadaan ini"
"Sudah, tidak apa-apa. Ayah akan membantumu untuk pemulihan"
"Apa ada hal yang ingin kau sampaikan ?"
"Ada ayah, kenapa aku ada di sini?"
"Kau tidak ingat sama sekali kejadian waktu itu?"
"Tidak, ayah" kataku sambil menggelengkan kepala
"Ya...Kata dokter kau memang mengalami semacam amnesia ringan"
"Apakah tidak ada sama sekali yang kau ingat saat itu?"
"Hmmm....hanya sedikit. Tapi samar-samar"
"Coba kau katakan"
"Sinar merah...Robot abu-abu...terlempar...penyerangan...menghilang.."
"Hanya itu yang kau ingat?"
"Iya. Hanya itu saja untuk saat ini. Aku hanya mengingat sepotong-sepotong saja"
Aku kemudian kembali mencoba membayangkan hal yang aku alami tersebut. Tapi hanya berupa penggalan cerita yang terpotong begitu saja dan tidak beraturan. Aku berusaha mengingat sisanya, tapi tidak bisa. Kemudian aku teringat dengan wanita yang memakai kemeja merah muda itu. Aku ingin tahu siapa dia, mengapa dia seperti mengenalku begitu dekat. Aku tahu ayahku membiarkan aku melamun kembali, sepertinya ia tahu kalau aku berusaha mengingat setiap kejadian tersebut. Aku kemudian kembali melihat kepada ayahku. Dia terus memperhatikan aku dan menunjukan wajah khawatirnya. Aku melihat wajahnya yang menua. Dia sepertinya takut kehilangan aku. Karena ibu telah meninggal dua tahun lalu karena serangan jantung. Kemudian aku melihat pakaian jenderalnya dengan banyak lencana di sana-sini. Melihat namanya di tempel di sebelah kana tubunhya dengan nama Teuku Ahmad Alamsyah. Kemudian aku mulai bertanya kembali.
"Ayah, aku ingin tahu siapa wanita berkemeja merah muda waktu itu yang duduk di sampingku"
"Kau benar-benar tidak ingat siapa dia?"
"Tidak, ayah"
"Dia adalah istrimu. Namanya adalah Anandita Nabila Putri. Kalian baru menikah enam bulan lalu"
"Aku tidak menyangka kalau dia istriku. Aku hanya mengingat bahwa aku mengenalnya, tapi tidak mengingat siapa dia"
"Kalu dokter yang ayah ajak bicara yang juga ikut dalam operasi?"
"Oh, dia itu adalah sahabatmu. Dia dokter juga sepertimu dan isterimu. Kalian satu universitas saat itu. Namanya Ibnu Jamaludin"
"Apakah kau ingat namamu sendiri?"
"Hmmm..... Raditya Ilham Alamsyah"
"Sepertinya memang amnesiamu ringan"
Kemudian ayah dan aku terdiam selama beberapa saat. Aku juga tidak tahu ingin membicarakan apa lagi. Aku masih terpaku dan melamun kembali dengan kejadian waktu aku sebelum pingsan dan sempat koma. Aku cukup jelas mengingat robot berukuran manusia dan berbentuk manusia bewarna abu-abu. Tapi setelah itu muncul sinar merah yang menyentuh tubuhku yang sepertinya bukan semacam sinar laser. Loncat lagi kepada adegan penyerangan robot itu kepada beberapa orang yang berdatangan. Dan tiba-tiba dia menghilang entah kemana dan aku kemudian tidak sadarkan diri, mungkin karena terlempar cukup keras. Beberapa saat kemudian, omongan ayahku memecahkan lamunan ku.
"Ayah tidak habis pikir. Apa yang kau pikirkan waktu itu"
"Ayah bingung denganmu. Kau kuliah kedokteran, dan mengambil jurusan lain seperti biologi, hukum, dan sains"
"Lalu kau juga tertarik dengan teknologi dan mesin seperti yang kau bicarakan tadi yaitu robot"
"Ayah senang kau tertarik dengan banyak hal dan terbukti kau lulus cum laude di empat jurusan itu hingga S3 di usia muda"
"Aku juga bingung ayah. Tapi setidaknya ayah banggu dengan hal yang aku lakukan"
"Kau benar"
Ayahku kemudian berdiri dan mengenakan kembali topinya. Dia berjalan melihat jendela untuk memandangi pemandangan di luar. Dia tampaknya sedang memikirkan sesuatu. Cukup lama dia memandangi keluar jendela. Kemudian dia berbalik ke arahku dan hendak keluar dari ruangan itu. Tetapi kemudian dia berhenti di depan pintu dan hendak ingin mengatakan sesuatu dan dengan wajah yang sangat serius.
"Empat hari lagi kau sudah bisa pulang, kata dokter"
"Ayah akan membawamu kembali ke Aceh. Ini untuk kepentingan pemulihanmu"
"Istrimu akan menyusul setelah pekerjaannya di Jakarta selesai"
"Ibnu mengatakan bahwa pemulihan terbaik untukmu yaitu dengan membawamu kembali ke Aceh"
"Tempat kelahiranmu"
"Ayah sudah persiapkan semuanya. Kau hanya mengalami gegar otak, yang cukup parah, tapi pemulihanmu hingga saat ini cukup mengagumkan"
Ayah kemudian menghela nafas dan kemudian tersenyum dengan hangatnya, "Ayah senang kau baik-baik saja"
Ayah kemudian membuka pintuk dan keluar dari ruangan. Dia menutup dengan pelan pintu itu. Aku mencuri dengar bahwa ayah menangis di luar ruangan yang sangat sepi dan hanya mendengar beberapa suara saja. Dia sepertinya bahagia dengan kondisiku yang tidak mengalami hal yang serius sekali dan dia sepertinya takut akan kehilangan seseorang yang dicintainya. Suara tangisan ayah kemudian mulai menghilang dan terdengar suara langkah kakinya menjauh. Aku senang ayahku memikirkan aku selama ini. Aku akan menurutinya untuk kembali ke Aceh. Tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. Mungkin aku perlu menapak tilas masa lalu untuk pemulihan ingatan yang hilang. Aku kemudian kembali tidur dan agar pemulihan tubuhku bisa lebih cepat. Tamat (Bersambung)......
==============================================================
E.O.N itu adalah nama super hero baru buatan gw. Dan merupakan singkatan. Kepanjangannya nanti saat penceritaan cerita versi besarnya. Cerita prolognya memang gw buat terlihat lebih normal (sebanrnya unsur ketidak sengajaan) atau penceritaan seperti cerita biasa dan tanpa adanya unsur sci-fi seperti cerita super hero pada umumnya. E.O.N sebenarnya adalah super hero ke tujuh (atau delapan) yang gw pikirkan untuk dibuatkan ceritanya. Tapi entah mengapa cerita ini dulu yang keluar di kepala gw. Jadinya prolog Night Dragon mundur lagi. Dan cerita enam super hero lainnya yang sebenarnya sudah lebih "matang" diundur juga. Gw sedang mencari waktu yang tepat untuk menuliskan cerita keenam super hero itu. Kemungkinan besar gw akan memulainya dengan prolog. Soalnya gw sedang suka dengan yang namanya prolog. Kemungkinan bulan depan setelah gw selesai UAS atau waktu nagbuburit puasa yang sepertinya bulan depan juga gw akan menulis cerita super hero lagi. Segini saja dulu, kalau ada tambahan akan gw tuliskan di My Story. See You Soon...... :-)
E.O.N itu adalah nama super hero baru buatan gw. Dan merupakan singkatan. Kepanjangannya nanti saat penceritaan cerita versi besarnya. Cerita prolognya memang gw buat terlihat lebih normal (sebanrnya unsur ketidak sengajaan) atau penceritaan seperti cerita biasa dan tanpa adanya unsur sci-fi seperti cerita super hero pada umumnya. E.O.N sebenarnya adalah super hero ke tujuh (atau delapan) yang gw pikirkan untuk dibuatkan ceritanya. Tapi entah mengapa cerita ini dulu yang keluar di kepala gw. Jadinya prolog Night Dragon mundur lagi. Dan cerita enam super hero lainnya yang sebenarnya sudah lebih "matang" diundur juga. Gw sedang mencari waktu yang tepat untuk menuliskan cerita keenam super hero itu. Kemungkinan besar gw akan memulainya dengan prolog. Soalnya gw sedang suka dengan yang namanya prolog. Kemungkinan bulan depan setelah gw selesai UAS atau waktu nagbuburit puasa yang sepertinya bulan depan juga gw akan menulis cerita super hero lagi. Segini saja dulu, kalau ada tambahan akan gw tuliskan di My Story. See You Soon...... :-)
Komentar
Posting Komentar