Love Will Find A Way (Part 1 of 2)


"Dear Novita,

Sebelumnya, selamat Anniversary yang pertama untuk kita berdua. Sudah setahun berlalu sejak pernikahan kita. Aku tidak mengira kalau kita bisa bersama dan membangun rumah tangga hingga sekarang. Dan menjalani hidup berdua dalam satu atap rumah tangga yang aku pikir tidak akan pernah terjadi.

Aku mau jujur. Sudah lama aku memendam rasa ini. Sudah berulang kali aku ingin mengungkapkannya. Tapi tidak pernah bisa. Setiap ada kesempatan, aku tidak mampu mengeluarkan kata-kata ini. Dan setiap akan mengungkapkannya, aku ragu. Aku merasa tidak enak. Merasa galau. Bingung juga. Ditambah aku tidak tega untuk mengungkapkan ini.

Dan melalui surat ini. Aku ingin mengungkapkan segalanya. Aku ingin kita cerai. Aku ingin kita berpisah. Maaf, aku sudah membulatkan tekad dan berpikir ulang untuk mengatakan ini. Perjodohan yang dilakukan oleh keluarga kita, aku anggap tidak berhasil.

Jujur. Selama satu tahun berumah tangga. Aku tidak berhasil menumbuhkan rasa cinta terhadapmu, dek. Aku gagal. Perjodohan yang aku rasa dilakukan dengan terpaksa karena usia kita sudah melewati usia menikah bukan jalan yang baik untuk dilakukan.

Sekali lagi, maaf. Aku mau kita cerai. Aku sudah tidak bisa menjalani kehidupan rumah tangga ini. Karena aku merasa, jalanku masih panjang. Aku masih mau bersenang-senang. Aku masih mau hidup tidak dibatasi oleh pernikahan. Aku masih ingin dianggap pria single yang bebas.

Salam, Hari"


Sudah berulang kali Hari menulis surat yang sama dengan beberapa pergantian kata atau kalimat. Tapi selalu saja berakhir dengan menjadi bola kertas. Hari merasa suratnya kurang sesuai kata-katanya. Kurang mewakili isi pikiran dan hatinya. Tekadnya sudah bulat untuk membuat surat itu dan diberikan kepada istrinya, Novita. Surat yang dibuat sebagai pengganti lisan yang tak mampu dia ungkapkan kepada istrinya.


Satu tahun yang lalu. Hari dan Novita dijodohkan oleh keluarga masing-masing. Saat itu, Hari masih memiliki seorang kekasih yang telah bersamanya selama lima tahun. Sedangkan Novita, dia sedang sendiri. Perjodohan dilakukan karena orang tua Hari merasa Hari hanya bermain-main dengan kekasihnya dan tidak kunjung ada tindakan untuk melamarnya. Sedangkan orang tua Novita sedang mencarikan anaknya calon suami karena Novita sudah terlalu lama sendiri dan sudah sangat layak untuk menikah. Awalnya Hari menolak, tapi karena merasa takut durhaka terhadap orang tua. Akhirnya dia menerima saran orang tuanya. Selain itu, orang tua Novita dan Hari sudah berteman sejak usia mereka SMA.


Sambil mengela nafas. Hari menyandarkan diri setelah beberapa kali menulis surat yang selalu gagal ditulisnya dan tidak sesuai keinginannya. Saat ini, Hari sedang menikmati libur dihari Minggu. Istrinya, Novita sedang pergi ke suatu tempat yang Hari tidak boleh mengetahuinya. Karena Novita berkata rahasia. Karena tidak ingin membebani pikiran, Hari memperbolehkan istrinya pergi sendirian tapi dengan syarat ditemani oleh sahabatnya, Liani yang juga kenal dengan Hari.


Tidak berapa lama, ruangan Hari mendengar pintu ruangannya diketuk. Hari menyuruh masuk pengetuk pintu tersebut yang ternyata adalah Mbak Iyem, asisten rumah tangganya. Mbak Iyem mengatakan bahwa ada tamu yang mencari Hari dan dia berasal dari perusahaan tempat dia bekerja. Hari menyuruh Mbak Iyem untuk tamunya agar menunggunya dan mempersilahkan dia duduk. Beberapa menit kemudian, Hari keluar ruangan dan turun untuk menemui tamunya.


Di ruang tamu, dia melihat seorang wanita yang mengenakan baju berwarna putih dengan rok panjang berwarna merah dan berambut hitam yang diikat. Hari sama sekali tidak mengenali wanita ini. Bahkan di perusahaan tempat dia bekerja, Hari merasa tidak pernah melihatnya sama sekali. Wanita itu kemudian berdiri dan memberikan tangannya untuk mengajak Hari bersalaman. Saat bersalaman, wanita itu memperkenalkan dirinya.

“Namaku Mira Kuru. Dan aku akan memperlihatkan sesuatu kepadamu”


Tanpa Hari menyadarinya, suasana ruangan dan sekitarnya berubah seketika. Hari hanya terheran tanpa mengetahui apapun. Dia masih belum menyadari apa yang terjadi. Dan sama sekali tidak memperhatikan keadaan sekitarnya. Mira dan Hari melepaskan jabatan tangan itu. Dan Mira kembali tersenyum kepada Hari.

“Apa maksud perkataanmu?” kata Hari
“Kau masih belum menyadarinya?”
“Apa? Aku tidak tahu apa-apa. Cepat tunjukan maksud kedatanganmu, sebelum aku berubah pikiran”
“Baiklah. Bagaimana kalau kita ke dapur?”
“Tidak. Tamu di sini. Lagi pula aku tidak mengenalmu”
“Oke, tidak masalah”


Mira kembali tersenyum kepada Hari. Hari semakin memperlihatkan wajah tidak senangnya. Hari mungkin merasa terganggu dengan kedatangan Mira. Karena dia sedang mempersiapkan surat untuk istrinya, tapi Mira datang tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Dan seketika, ruang tamu itu berubah menjadi dapur rumah Hari. Hari terkejut dengan perubahan tersebut. Bahkan dia menjatuhkan dirinya karena keterkejutannya. Dia memandang Mira yang masih tersenyum kepadanya. Dengan badan yang gemetaran, dia berusaha berdiri dan berbicara dengan Mira.

“Apa ini? Apa yang terjadi? Siapa kamu?”
“Tenang. Aku hanya merubah ruang tamu menjadi dapur”
“Kamu belum menjawab pertanyaanku yang lain”
“Sudah kubilang. Namaku Mira Kuru. Dan aku akan mengajakmu ke dapur”


Tidak berapa lama. Hari melihat Novita, istrinya berada dapur. Dia melihat Novita memegang buku masak di tangan kiri dan memegang spatula di tangan kanan. Hari tahu, Novita tidak bisa masak. Dan melihat Novita seperti belajar masak, dia terheran. Bahkan baju Novita terlihat kucel dan kotor. Tidak sendirian, Novita dibantu Mbak Iyem yang mengajarinya memasak. Dengan serius dan tekun. Novita memasak sayur lodeh. Masakan kesukaan Hari. Terutama sayur lodeh yang dibuatkan oleh ibunya.

“Kau lihat. Itu istrimu. Dia sedang belajar memasak. Terutama sayur lodeh. Makanan favoritmu” kata Mira melepas lamunan Hari
“Ini nyata kan? Bukannya Novita pergi dengan Liani?”
“Ini nyata. Dan ini adalah masa lalu. Beberapa bulan yang lalu. Dan ya, Novita masih pergi dengan Liani”
“Bagaimana mungkin bisa”
“Seperti kata Novita. Rahasia”


Hari ingin mendekati Novita, tapi tidak bisa. Seperti ada dinding yang menghalangi. Dinding yang tak dapat dilihat. Hari memukul-mukul dinding tersebut, tapi tidak ada perubahan. Mira kemudian mendekati Hari yang masih memukul dinding tersebut dan menyuruhnya untuk berhenti. Tak ada kata yang keluar dari mulut Hari. Dia masih heran dengan semua yang terjadi saat ini.

“Lihatlah Novita. Dia berusaha memasak, meskipun itu bukan hobinya dan dia tidak ahli dalam memasak”
“Novita berusaha menjadi istri yang baik. Istri yang diidamkan oleh seorang suami. Bahkan dia belajar memasak sayur lodeh dan berusaha sama dengan bautan ibumu” tambah Mira
“Untuk apa itu dia lakukan? Aku tidak paham sama sekali”
“Seperti yang aku tadi ucapkan. Dia berusaha menjadi istri yang baik. Dan asal kau tahu. Masakan yang selama ini kamu makan, kebanyakan Novita yang memasaknya”


Hari terdiam tanpa kata. Mira membiarkan Hari seperti itu agar dia meresapi kejadian yang sedang dia lihat saat ini. Hari melihat Novita yang saat ini sedang belajar memasak dengan keheranan. Dia tidak percaya apa yang dilihatnya. Karena selama ini dia tahu kalau Novita tidak bisa memasak. Dia selalu beranggapan kalau masakan yang dia makan setiap hari adalah buatan Mbak Iyem dan terutama sayur lodeh yang dia anggap kalau ibunya yang mengiriminya. Ternyata semua itu adalah masakan Novita. Mira menghampiri Hari yang masih berusaha mencerna semua ini dengan pikirannya.

“Mari kita ke tempat selanjutnya” Kata Mira sambil tersenyum


Dapur itu pun berubah menjadi sebuah kamar tidur yang lumayan luas. Hari mengenali kamar itu sebagai kamar tidurnya dan Novita. Dan di saat itu juga, dia melihat dirinya sedang terbaring sakit di tempat tidurnya. Dan Hari melihat Novita yang sedari tadi keluar masuk kamar membawakan obat, handuk, dan baskom berisi air. Hari ingat, beberapa bulan yang lalu dia sempat sakit dan saat terbangun dengan mendapati kedua orang tuanya berada di sampingnya. Tapi kejadian ini, berbeda dengan kenyataan yang dia tahu. Ternyata yang merawatnya saat sakit hingga sehat adalah Novita. Novita terlihat kelelahan, bahkan dia tidak tidur malam itu hanya untuk memastikan Hari tidak semakin parah sakitnya. Dan tak lama, kedua orang tua Hari datang dan masuk ke dalam kamar Hari.

“Kenapa kamu tidak menghubungi kami dari tadi?” Kata ibu Hari kepada Novita
“Maafkan Novi, bu. Novi tetap ingin berusaha sebaiknya”
“Ibu tau kamu ingin jadi istri yang baik. Tapi kalau sudah seharian Hari sakit seperti ini. Sebaiknya kamu menghubungi kami atau dokter”
“Iya, bu. Maafkan Novi”
“Yasudah, kamu istirahat saja. Kamu keliahatan belum tidur sama sekali. Biar ibu sama bapak yang mengurus Hari”
“Baik, bu. Terima kasih”
“Dan, bu. Tolong rahasiakan ini dari Kang Hari. Biar Hari pikir Ibu dan bapak yang mengurusnya”
“Kenapa, Nov?” tanya bapak
“Tidak apa-apa, pak. Tolong rahasiakan ini ya. Novi mohon”
“Baiklah kalau kamu bersikeras, akan bapak dan ibu rahasiakan”
“Sekali lagi terima kasih pak, bu. Novi pamit istirahat”


Melihat kejadian itu. Hari mengeluarkan air matanya. Dia mengungkapkan kepada mira bahwa dia tidak menyangka apa yang dilakukan oleh Novita. Hari menanggap dirinya terlalu egois. Menganggap dirinya bukan suami yang baik bagi Novita. Dan tidak memikirkan perasaan Novita sama sekali, terutama dengan membuat surat tersebut. Melihat Hari menyatakan perasaannya itu. Mira tersenyum dan seketika, kamar tidur itu kembali menjadi ruang tamu kembali. Tidak kurang dan tidak lebih, seperti sediakala. Mira kemudian mendekati Hari yang masih berusaha membersihkan air matanya.

“Aku mau bilang. Cobalah sekali lagi. Jangan menyerah”
“Cinta memang tidak muncul dengan begitu saja, tapi cobalah belajar untuk mencintai hal yang sebelumnya belum pernah kamu cintai, terutama hal itu berharga dan ada dalam hidup kamu”
“Dia memang bukan wanita pilihanmu, tapi dia bisa jadi adalah jodohmu”
“Memang tidak mudah, tapi pikirkanlah apa yang akan terjadi kalau hanya melihat ego sendiri tanpa memperdulikan orang sekitar”

“Baiklah... Aku akan mencoba mencintai Novita sekali lagi” balas Hari
“Aku akan mencoba menjadi kita, bukan selalu aku lagi”
“Terima kasih untuk semuanya, Mira”


Hari kemudian kembali mengusap matanya untuk menghilangkan air mata yang masih ada. Tapi saat selesai menghusap, Mira telah menghilang dari sampingnya. Hari melihat sekelilingnya, tapi tidak ada Mira dimana-mana. Bahkan dia mencari di luar rumahnya. Tetap tidak ada Mira di sana. Hari kemudian kembali masuk dan membatalkan niatnya menulis surat cerai untuk Novita. Dan bola-bola kertas surat Hari tersebut dibuangnya ke tempat sampah dan membakarnya.


Dari kejauhan. Mira melihat kejadian itu dengan senyuman. Mira kemudian membuka buku yang dia bawa. Buku itu berisi halaman-halaman kosong. Dihalaman pertama buku itu kemudian muncul sebuah tulisan.



"Cinta akan selalu menemukan jalannya. Selama jalannya diterangi"
-Rene Lestari- #5


Mira melihat tulisan itu dengan senyum. Tetapi, tulisan itu kembali menghilang. Mira heran, seharusnya tulisan yang ada di dalam buku itu setelah keluar akan selamanya ada. Tetapi ini tidak terjadi. Mira membuka dan menutup kembali buku tersebut, tetapi tetap saja hasilnya sama. Kertas yang mengeluarkan tulisan tadi kosong sama sekali. Mira mencoba mencari tulisan tersebut dihalaman lain, tetap tidak ada. Hingga dia mendengar langkah kaki dari belakang menghampirinya.

“Hai kakak, apakah butuh bantuan?”


Dan suara langkah kaki tersebut milik pria yang selalu mengenakan jas berwarna merah dan celana panjang berwarna putih dengan rambut hitam pendek. Dia adalah Shudo Kuru. Adik dari Mira Kuru. Bersambung.......... 





Mira and Shudo will be right back. Soon......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TOEFL dan TOAFL UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Psychopath Story (Naskah Drama)

Pengalaman Gw Dengan Pelajaran Olahraga Sekolah