Black Jacket : The Black Fire Bender

Beberapa tahun yang lalu, seorang peneliti asal Indonesia pergi ke Amerika Serikat untuk melakukan penelitian di sebuah tempat tempat jatuhnya meteor. Peneliti itu bernama Tyo Sukarudin, peneliti asal Surabaya dan merupakan salah satu peneliti paling tersohor saat itu karena kejeniusannya. Tyo merupakan seseorang yang berbakat dan pandai dan akhirnya mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Inggris dan Belanda. Dia kuliah di jurusan meteorologi dan geografi. Di salah satu universitas di Inggris dia mendapatkan gelar yang setara dengan S1 di Indonesia dan gelar yang setara S2 di Belanda. Karena kejeniusannya itu, dia mendapatkan kehormatan untuk membantu peneliti Amerika Serikat untuk meneliti jatuhnya meteor pada ratusan tahun yang lalu.


Setelah beberapa hari para penggali melakukan penggalian untuk menemukan bukti atau mungkin pecahan batu meteor yang masih tersisa di dalam tanah. Tapi, hal yang mengejutkan terjadi, para penggali menemukan sebuah batu yang ukurannya sebesar helm motor dan diduga sebagai batu meteor. Tetapi para peneliti heran, jika itu benar-benar batu meteor, berarti meteor yang jatuh pada ratusan tahun yang lalu itu tidak hancur tetapi jatu secara utuh dan terkubur. Anehnya lagi batu itu tidak ada bekas terbakar akibat jatuh melewati atmosfer bumi. Hingga akhirnya Tyo memutuskan untuk membawanya ke Indonesia untuk diteliti lebih lanjut bersama beberapa temannya. Tetapi para peneliti asal Amerika tidak setuju, karena mereka juga ingin melakukan penelitian terhadap batu meteor tersebut. Akhirnya diputuskan untuk diteliti di California, Amerika Serikat tempat penelitian para peneliti asal Amerika tersebut.


Tyo hanya bisa mengalah, dan ini berarti dia tinggal di Amerika Serikat lebih lama lagi. Dia memutuskan untuk membawa keluarganya ke Amerika Serikat untuk tinggal selama beberapa hari. Dia menghubungi istrinya yang bernama Tyas Dewi Lestari untuk membawa serta anaknya yang bernama Leo Arya Sukarudin yang berumur 9 tahun. Dua hari kemudian Tyas dan Leo tiba di salah satu bandara di California. Tyo menjemput istrnya dan anaknya dan membawa mereka ke salah satu hotel di California. Selama Tyo melakukan penelitian, Tyas dan Leo hanya berkalan-jalan kelilin California dan sekitarnya sambil menunggu Tyo pulang. Setelah beberapa hari hanya keliling California dan sekitarnya, Tyas memutuskan untuk mengajak Leo pergi ke tempat Tyo meneliti.


Sesampainya disana Tyas melihat Tyo sangat sibuk bersama para peneliti lain asal Amerika Serikat. Jadi Tyas memutuskan untuk berjalan-jalan tanpa memberitahu kedatangannya itu kepada Tyo. Saat Tyas samapi di dalam tempat penelitian, dia hanya duduk dan membaca majalah di dekat tempat duduk. Leo yang saat itu tanpa pengawasan, mulai turun dari yempat duduknya yang berada di sebelah Tyas. Leo mulai berkeliling tempat penelitian tersebut, hingga akhirnya Leo menemukan hal menarik. Ia melihat sebuah batu diatas meja yang sedang diteliti dari kejauhan. Ia mulai berjalan menuju tempat itu, dan ternyata tanpa sengaja tempat penelitian batu tersebut tidak di kunci dan diawasi. Dengan rasa ingin tahu yang besar, Leo mulai medekat dan masuk kedalam tempat penelitian batu tersebut.


Dia sangat penasaran dengan batu tersebut. Karena tempatnya lumayan tinggi, Leo mencari cara untuk naik dan melihat batu tersebut. Akhirnya dia melompat dan naik tepat disebelah batu yang berada di atas meja. Dan dengan rasa ingin tahu yang tinggi akhirnya dia menyetuh batu tersebut cukup lama dan akhirnya terpental  jatuh dari meja. Tyas yang baru menyadari kalau Leo tidak bersamanya mulai panik dan mencari kesana-kesini. Tyo yang akhirnya melihat Tyas mulai mendekatinya. Tyas menceritakan kalu Leo tadi bersamanya dan sekarang tidak ada lagi bersamanya. Mendengar hal itu Tyo pun mulai panik dan akhirnya mulai mencari di sekitar tempat penelitian tersebut.


Setelah mencari dan mencari, Tyo dan Tyas tidak menemukannya hingga ada seorang peneliti datang menghampirinya. Dan peneliti itu berkata bahwa ada seorang anak kecil jatuh dan terluka di bagian tangannya di lab tempat penelitian. Kemudian mereka berdua lari dan meneukan Leo terbaring di di tempat duduk setelah dibaringkan oleh salah seorang peneliti di sana. Tyo bertanya apa yang terjadi, dan salah seorang peneliti menjawab bahwa tadi Leo terjatuh dan terluka di salah satu lab yang ternyata tempat penelitian batu meteor tersebut. Hingga Tyo mulai ke lab tempat batu meteor itu berada dan dia kaget melihat bahwa warna dari batu meteor itu berubah menjadi putih bening. Dia bingung apa yang terjadi sebenarnya, padahal batu meteor itu tadinya bewarna hitam pekat.


Dia mulai berpikir, jangan-jangan anaknya terjatuh setelah memegang batu meteor tesebut. Selama ini yang menyentuh batu meteor tesebut baik-baik saja dan tidak tidak terjadi hal semacam ini. Kemudian Tyo mulai kembali ketempat anaknya, dan dia melihat anaknya sudah siuman dan melihat lukanya yang ternyata berada di telapak tangannya. Tyo mulai membawa Leo ke rumah sakit untuk memeriksakan anaknya. Dan hasilnya luka di kedua telapak tangan Leo tidak bisa disembuhkan. Tyo pernah menyuruh dokter ahli kulit untuk mengoperasi tangan anaknya hingga hal yang mengejutkan terjadi bahwa tangan anaknya tidak bisa dioperasi. Untuk menutupi luka tersebut yang tidak bisa disembuhkan, Tyo memberi perban di kedua telapak tangan anaknya.


Hingga akhirnya penelitian tersebut dihentikan, karena takut kejadian yang menimpa Leo terjadi lagi. Dan batu meteor tersebut disimpan di tempat yang dirahasiakan oleh para peneliti termasuk Tyo. Hingga akhirnya Tyo memutuskan untuk membawa pulang anaknya dan istrinya kembali ke Indonesia. 14 tahun kemudian, Leo yang sudah berumur 23 tahun mulai mencari kerja setelah selesai kuliah S2 jurusan Jurnalistik atau informatika di Yogyakarta. Tyo yang sudah meninggal saat Leo berumur 20 tahun, meninggalkan pesan bahwa dia memiliki teman di Amerika Serikat yang bernama Brian Devato yang bisa mencarikannya pekerjaan di Amerika Serikat setelah lulus kuliah nanti.


Leo kemudian menghubungi Brian, dan Brian menyanggupi bahwa dia bisa membantu  mencarikan pekerjaan. Luka yang berada di telapak tangannya, sekarang ditutupi dengan sarung tangan berwana hitam. Leo mulai membeli tiket untuk pergi ke Amerika Serikat, dia ingin mengajak ibunya untuk ikut, tetapi ibunya menolak untuk pindah ke Amerika Serikat. Setelah dengan segala cara membujuk ibunya, akhirnya Tyas mau untuk pergi dan pindah ke Amerika Seriakat. Rumah yang ada di Indonesia di sewakan oleh Tyas beserta beberapa benda di dalamnya.


Mereka akhirnya berangkat ke Amerika Serikat. Leo sudah janjian dengan Brian akan bertemu di New York. Hingga akhirnya Leo dengan ibunya tiba di bandara di New York dan bertemu Brian disana. Brian mengajak mereka berkeliling New York dan membawa mereka ke sebuah losmen di New York untuk tempat mereka tinggal. Hingga beberapa hari kemudian, Leo akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah koran ternama di New York sebagai fotografer yaitu di New York Times. Selama bekerja disana dia mulai menunjukan bakatnya, dengan menghasilkan foto-foto yang bagus bagi New York Times.


Hingga pada suatu hari, saat Leo berjalan kaki ke tempat kerjanya karena kehabisan uang untuk naik taksi. Dia melihat 6 orang pria yang merampok seorang wanita dan mencoba memperkosanya di sebuah tempat diantara gedung-gedung bertingkat. Leo ingin membantunya, tapi dia kalah jumlah, yang akhirnya dia memberanikan diri untuk menolong wantia tersebut. Leo muali mendekati dan menghajar salah satu pria tersebut. Kelima pria yang lain yang melihat hal tersebut melepaskan wanita tersebut dan mulai mengkeroyok Leo.


Wanita yang tadinya hampir di rampok dan diperkosa mulai berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang mendengar karena orang yang lewat sepertinya seibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Leo yang merasa terpojok tanpa sengaja mengeluarkan api yang berwana hitam dari kedua telapak tangannya dan membakar salah satu jaket pria tersebut. Melihat hal tersebut para pria lari ketakutan dan yang bajunya terbakar melepaskan jaketnya dan lari. Leo kaget melihat hal yang terjadi barusan, meskipun tiba-tiba api hitam tersebut menghilang dari telapak tangannya dan membakar sarung tangannya. Dia kemudian merasa ketakutan dan wanita yang tadi ditolongnya juga memperlihatkan wajah yang takut.


Akhirnya Leo lari dan meninggalkan wanita tersebut. Sesampainya di losmen tempat dia tinggal, dia langsung masuk kamarnya dan melihat ibunya dengan wajah bingung karena anaknya sudah pulang padahal biasanya jam segitu masih bekerja. Ibunya mulai masuk ke kamar Leo dan bertanya apa yang terjadi dan Leo tidak menjawabnya. Selama beberapa hari Leo tidak masuk kerja, hingga salah satu temannya yang disuruh datang oleh bos di New York Times untuk memeriksa keadaan Leo yang selama beberapa hari tidak masuk kerja. Leo mengatakan bahwa dia akan masuk kerja keesokan harinya dan selama ini dia mengaku kalau dia sedang sakit.


Sebenarnya Leo merenung apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Hingga akhirnya ia mulai menceritakan semuanya kepada ibunya, hingga ibunya kaget dan takut dengan hal terjadi pada Leo. Ibunya juga menceritakan hal yang terjadi saat kejadian di tempat penelitian tempat ayahnya bekerja. Ibunya kemudian mengambil kesimpulan bahwa mungkin itu adalah sebuah hadiah yang diberikan kepada Leo untuk melindungi masyarakat dan dirinya. Leo yang memikirkan perkataan ibunya mulai berpikir kembali dengan kekuatan yang dimilikinya.


Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan keuatannya untuk melindungi masyarakat. Keesokan harinya, Leo kembali bekerja dan meminta maaf kepada bosnya yang selama beberapa hari ini dia tidak masuk kerja karena sakit dan tidak memberi tahu sama sekali. Dan bosnya yang baik itu memakluminya, setelah itu Leo berpikir tentang super hero yang selama ini ada di dalam komik. Sambil bekerja mengambil foto, Leo mulai memikirkan sebuah kostum yang ingin dipakainya.


Hingga setelah beberapa hari kemudian dia memutuskan untuk memakai kostum yang sederhana tapi menarik. Dia memutuskan untuk memakai jacket hoodie hitam, celana jeans hitam, topeng yang hanya menutupi mata dan kadang memakai topeng wayang berwana hitam yang ia dapat dari toko penjual benda-benda khas Indonesia di New York dan dicat ulang berwarna hitam serta dimodifikasi dan sepatu model sport yang biasnya dia gunakan untuk olahraga sehari-hari yang juga berwarna hitam.


Leo malukan aksinya pada malam dan siang hari. Aksinya itu yang akhirnya membuat dia menjadi terkenal dengan julukan dari masyarakat New York bernama Black Jacket. Leo juga sudah mulai ahli mengendalikan api hitam yang keluar dari telapak tangannya. Yang tahu hal itu hanya ibunya yang kadang merasa takut dengan hal yang dilakukan anaknya itu dan mungkin ke enam penjahat yang dulu dilawannya serta wanita yang pernah ditolongnya. Sekarang Leo tidak hanya menjadi seorang Fotografer di New York Times tetapi juga seorang super hero yang menolong masyarakat.


Sekian dulu cerita dari "Black Jacket : The Black Fire Bender", judul selanjutnya belum gw tentukan, karena masih banyak cerita super hero karangan gw yang lain yang mengantri untuk di postkan di blog gw ini. Cerita kelanjutan The Sword, Slayers, Drak Shadow, dan Silver Eagle sudah ada sedikit rancangannya di otak gw. Tapi sepertinya akan lama lanjutan dari ke lima cerita ini dan ceritanya masih sebuah konsep yang harus diperbaiki lagi agar enak dibaca dan menarik.


Dan semua ini 100% buatan gw sendiri tanpa campur tangan orang lain atau pun mengambil punya orang. Cerita di blog ini adalah Hak gw sebagai pengguna blog dan dilarang untuk mengambil tanpa seizin gw sendiri. bila yang membaca suka menggambar dan ingin menggambar super hero buatan gw silahkan saja, tapi harus izin gw dulu, atau gak akan gw tuntut ke pengadilan. Dengan alasan apapun atau hanya mengambil sedikit gw akan tuntut. Ok, segitu dulu cerita yang gw sampaikan dari dunia khayalan gw, dan akan gw lanjutkan mungkin dengan post curhatan gw atau cerita karangan gw lainnya.  See You Soon..... :-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TOEFL dan TOAFL UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Psychopath Story (Naskah Drama)

Pengalaman Gw Dengan Pelajaran Olahraga Sekolah